JAKARTA - Masalah CP nakal yang sedang digodok solusinya bukan hanya berdampak pada satu jenis industri kreatif. Efek domino dari stigma yang dibawa masalah tersebut, selain menghantam developer game, juga merugikan label musik.
Era informasi saat ini memunculkan tren digital dalam segala aspek kehidupan. Cara memproduksi suatu barang atau jasa pun dimudahkan dengan digitalisasi. Kemudahan ini terutama dirasakan oleh label-label musik, yang menyediakan Ring Back Tone (RBT), atau true tone sebagai alternatif promosi dan produksinya.
Ketika ditemui di Gedung Tifa, Kamis (1/12/2011), Chilla Assegaf, Director PT Seven Stars Entertainment mengatakan, "Dulu kita main fisik, seperti CD atau VCD. Namun maraknya pembajakan sangat menghambat penjualan kita. Sekarang ada digital, seperti RBT yang cuma 30 detik. Ini tidak bisa dibajak. Cost produksi juga berkurang karena dari satu master kita bisa langsung produksi untuk operator atau CP. Profit kita bertambah karena potongan cost distribusi dan produksinya bisa sampai 60 persen."
Pemotongan cost produksi tersebut menjadi sarana bertahan hidup bagi banyak pihak yang bergantung pada sebuah label. Namun, sehubungan dengan timbulnya efek domino CP nakal.
"Efeknya sangat buruk buat label. Ini jadi efek domino sampai ke pencipta lagu, penyanyi, pemasukan dari iklan, dan lain-lain," sebut Chilla.
"Sebelum SE 177, misalnya kita dapat 100 ribu per bulan, setelah ada SE 177 kami cuma dapat sekira 10 ribu. Itu berarti omzet kita sekarang hanya nol koma sekian persen," tambahnya.
Era informasi saat ini memunculkan tren digital dalam segala aspek kehidupan. Cara memproduksi suatu barang atau jasa pun dimudahkan dengan digitalisasi. Kemudahan ini terutama dirasakan oleh label-label musik, yang menyediakan Ring Back Tone (RBT), atau true tone sebagai alternatif promosi dan produksinya.
Ketika ditemui di Gedung Tifa, Kamis (1/12/2011), Chilla Assegaf, Director PT Seven Stars Entertainment mengatakan, "Dulu kita main fisik, seperti CD atau VCD. Namun maraknya pembajakan sangat menghambat penjualan kita. Sekarang ada digital, seperti RBT yang cuma 30 detik. Ini tidak bisa dibajak. Cost produksi juga berkurang karena dari satu master kita bisa langsung produksi untuk operator atau CP. Profit kita bertambah karena potongan cost distribusi dan produksinya bisa sampai 60 persen."
Pemotongan cost produksi tersebut menjadi sarana bertahan hidup bagi banyak pihak yang bergantung pada sebuah label. Namun, sehubungan dengan timbulnya efek domino CP nakal.
"Efeknya sangat buruk buat label. Ini jadi efek domino sampai ke pencipta lagu, penyanyi, pemasukan dari iklan, dan lain-lain," sebut Chilla.
"Sebelum SE 177, misalnya kita dapat 100 ribu per bulan, setelah ada SE 177 kami cuma dapat sekira 10 ribu. Itu berarti omzet kita sekarang hanya nol koma sekian persen," tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar