Strategi jitu dalam pemasaran memengaruhi kesuksesan sebuah produk
dalam merambah pasar. Marcia Kilgore, pendiri dan CEO FitFlop, punya
cara yang terencana untuk menggaet pelanggan pertama, hingga akhirnya
kini, produk alas kaki berteknologi canggih buatannya dikenal di seluruh
dunia. Kalau saat ini Anda sedang mengembangkan produk baru, apa pun
itu, boleh saja meniru dan memodifikasi cara Kilgore ini.
Mengenali kebutuhan
Saat pertama kali menemukan teknologi Microwobbleboard™ untuk alas kaki FitFlop, tujuan Kilgore adalah memberikan kenyamanan dan solusi beralas kaki untuk perempuan. Koleksi awal yang dikeluarkannya juga untuk perempuan.
Ide memang berasal darinya. Namun bagi Kilgore, pendapat calon pengguna produk lebih penting dari sekadar ide jenius yang dimiliki produsen. "Kita berpikir ide kita selalu bagus. Namun kita juga butuh mendapatkan masukan dari orang lain," jelasnya saat temu media di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain berdasarkan pengalaman pribadi, kemauan untuk mendengarkan keluhan orang lain mengenai rasa sakit saat memakai alas kaki, Kilgore pun mencari cara memenuhi kebutuhan ini. Ia percaya diri, teknologi alas kaki yang dikembangkannya dapat menjadi solusi.
"Saya ingin mengambil rasa sakit yang perempuan alami saat memakai alas kaki. Tidak butuh obat atau operasi, cukup dengan memberikan alas kaki," ungkapnya.|
Selain itu, keinginan Kilgore menyediakan alas kaki berkualitas juga didasari niatnya untuk mendukung perempuan. "Perempuan itu multitasking, mereka bekerja, mengurus keluarga. Agar perempuan tetap bugar dan punya tubuh ideal, sambil tetap menjalani semua aktivitasnya, ini yang menjadi perhatian saya dalam menciptakan FitFlop," tuturnya.
Benar saja, perempuan memang membutuhkan alas kaki yang mendukung aktivitasnya tersebut. Kemampuan membaca kebutuhan pasar berangkat dari pemikiran sederhana. Kilgore mengatakan, "Jangan menjual apa yang tidak akan Anda beli."
Tes pasar
Saat produk sudah diciptakan, waktunya berjualan. Kilgore menjajal pasar dengan mengenalkan produknya dengan tes yang ia sebut "So What Test". Tanpa perlu mengkhawatirkan hasil, apa pun responsnya nanti, lakukan tes pasar. Mulailah lakukan tes pasar kepada orang-orang terdekat, keluarga dan teman.
Nah, saat melakukan tes pasar ini ada hal penting yang perlu diperhatikan. Kilgore menyarankan, "Jelaskan ide bisnis Anda dalam satu kalimat jelas. Karena orang terlalu sibuk dan tidak perhatikan kalau kalimatnya tidak jelas. Berikan penjelasan dengan relevansi dan obyektif," sarannya.
Melalui strategi ini, FitFlop mendapatkan sambutan positif. "Sebanyak 35.000 orang mengunjungi website dan memberikan reaksi positif," ungkapnya.
Kemauan mendengar
Kalau ingin produk Anda berkembang, jangan pernah berhenti mendengarkan pelanggan juga calon pembeli. Kilgore selalu membaca surat kiriman pelanggan dan membalasnya, untuk mencari tahu apa kebutuhan para pengguna alas kaki buatannya.
"Saya baca surat pelanggan, sekitar 50 surat setiap pagi," tutur perempuan yang terjun berbisnis sejak usia 21, berawal dari bisnis kecantikan.
Mendengarkan kemauan dan kebutuhan orang lain juga didapati Kilgore dari hobi traveling. "Traveling memungkinkan saya bertemu banyak orang, dan bisa menambah masukan dari orang yang saya temui," jelas perempuan yang fokus berbisnis karena ingin punya waktu luang dengan anak ini.
Mengenali kebutuhan
Saat pertama kali menemukan teknologi Microwobbleboard™ untuk alas kaki FitFlop, tujuan Kilgore adalah memberikan kenyamanan dan solusi beralas kaki untuk perempuan. Koleksi awal yang dikeluarkannya juga untuk perempuan.
Ide memang berasal darinya. Namun bagi Kilgore, pendapat calon pengguna produk lebih penting dari sekadar ide jenius yang dimiliki produsen. "Kita berpikir ide kita selalu bagus. Namun kita juga butuh mendapatkan masukan dari orang lain," jelasnya saat temu media di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain berdasarkan pengalaman pribadi, kemauan untuk mendengarkan keluhan orang lain mengenai rasa sakit saat memakai alas kaki, Kilgore pun mencari cara memenuhi kebutuhan ini. Ia percaya diri, teknologi alas kaki yang dikembangkannya dapat menjadi solusi.
"Saya ingin mengambil rasa sakit yang perempuan alami saat memakai alas kaki. Tidak butuh obat atau operasi, cukup dengan memberikan alas kaki," ungkapnya.|
Selain itu, keinginan Kilgore menyediakan alas kaki berkualitas juga didasari niatnya untuk mendukung perempuan. "Perempuan itu multitasking, mereka bekerja, mengurus keluarga. Agar perempuan tetap bugar dan punya tubuh ideal, sambil tetap menjalani semua aktivitasnya, ini yang menjadi perhatian saya dalam menciptakan FitFlop," tuturnya.
Benar saja, perempuan memang membutuhkan alas kaki yang mendukung aktivitasnya tersebut. Kemampuan membaca kebutuhan pasar berangkat dari pemikiran sederhana. Kilgore mengatakan, "Jangan menjual apa yang tidak akan Anda beli."
Tes pasar
Saat produk sudah diciptakan, waktunya berjualan. Kilgore menjajal pasar dengan mengenalkan produknya dengan tes yang ia sebut "So What Test". Tanpa perlu mengkhawatirkan hasil, apa pun responsnya nanti, lakukan tes pasar. Mulailah lakukan tes pasar kepada orang-orang terdekat, keluarga dan teman.
Nah, saat melakukan tes pasar ini ada hal penting yang perlu diperhatikan. Kilgore menyarankan, "Jelaskan ide bisnis Anda dalam satu kalimat jelas. Karena orang terlalu sibuk dan tidak perhatikan kalau kalimatnya tidak jelas. Berikan penjelasan dengan relevansi dan obyektif," sarannya.
Melalui strategi ini, FitFlop mendapatkan sambutan positif. "Sebanyak 35.000 orang mengunjungi website dan memberikan reaksi positif," ungkapnya.
Kemauan mendengar
Kalau ingin produk Anda berkembang, jangan pernah berhenti mendengarkan pelanggan juga calon pembeli. Kilgore selalu membaca surat kiriman pelanggan dan membalasnya, untuk mencari tahu apa kebutuhan para pengguna alas kaki buatannya.
"Saya baca surat pelanggan, sekitar 50 surat setiap pagi," tutur perempuan yang terjun berbisnis sejak usia 21, berawal dari bisnis kecantikan.
Mendengarkan kemauan dan kebutuhan orang lain juga didapati Kilgore dari hobi traveling. "Traveling memungkinkan saya bertemu banyak orang, dan bisa menambah masukan dari orang yang saya temui," jelas perempuan yang fokus berbisnis karena ingin punya waktu luang dengan anak ini.
0 komentar:
Posting Komentar