Saat menangis mata bocah ini mengeluarkan nanah dan darah.
Malang, Indonesia (News Today) - Rifan Kristanto, anak balita berumur 2 tahun 11 bulan, hanya bisa diam dipelukan ibunya, Kamsiah, saat dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur, Rabu (6/7/2011). Ia pergi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Rifan adalah anak pasangan Mujiono dan Kamsiah, warga Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Ia menderita tumor ganas di mata kanannya. Menurut Mujiono, penyakit yang dialami Rifan bermula saat istrinya sedang hamil dua bulan.
"Saat itu, istri saya tak mau makan. Lalu jatuh sakit beberapa bulan," cerita pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani itu.
Dalam kondisi demikian, asupan gizi yang dibutuhkan bayi yang ada dalam perutnya sangat berkurang. "Pada saat lahir, bayinya terlihat kurus kering dengan berat hanya 2,3 kilogram. Itu penyebabnya Rifan terkena tumor ganas mata. Itu kata dokter," kata Mujiono ditemui Kompas.com di RSSA Malang, Rabu.
Namun, sejak lahir hingga berumur setahun, tak terlihat ada kelainan pada mata Rifan. Baru terlihat ada kelainan pada mata Rifan menginjak usia dua tahun. Kelainan tersebut terlihat pada retina ada titik berwarna putih. Karena keterbatasan biaya untuk berobat, kelainan itu tak dianggap serius.
"Akhirnya, pada awal Juni lalu, mata sebelah kanan anak saya itu mulai agak keluar. Tak seperti mata kirinya. Mulai agak menonjol ke depan. Saat itulah saya dan istri saya mulai gelisah dan ketakutan," kata Mujiono.
Sejak itulah, Mujiono dan Kamsiah mulai khawatir atas kondisi kesehatan mata anak kesayangannya tersebut. Mujiono dan Kamsiah lalu membawa Rifan untuk diperiksa ke Rumah Sakit Baptis, Kota Batu, pada 29 Juni.
Berdasarkan pengakuan Kamsiah, setelah dibawa ke dokter, Rifan dinyatakan positif menderita tumor ganas yang menyerang mata sebelah kanannya oleh dokter. "Dibawa ke RS Baptis, Kota Batu, peralatannya katanya minim. Lalu, saya rujuk ke rumah sakit yang peralatannya lebih lengkap, yakni ke RSUD Kepanjen, Kabupaten Malang," kata Kamsiah sembari menggendong Rifan.
Sejak 3 Juli lalu, Rifan sudah mulai dirawat di RSUD Kepanjen. Saat itu, Rifan sudah tak bisa menutup mata kanannya. Sejak itu mata Rifan sudah tak terlihat akibat ditutupi gumpalan luka yang mengering dengan warna kekuning-kuningan. Gumpalan itu menutupi rata semua kelopak matanya dan menggelembung.
"Kata dokter, kalau terus dibiarkan, makin lama luka di mata sebelah kanannya itu semakin membesar. Di sela-sela lukanya akan mengeluarkan nanah bercampur darah kalau menangis atau buang air besar," keluhnya sembari mengusap dahi anaknya.
Adapun luka yang dialami Rifan itu adalah dampak atas perkembangan tumor ganas yang berada di bawah bola mata sebelah kanannya. Pembesaran tumor itu membuat bola mata terdesak keluar sehingga mencabut akar saraf mata. Akibatnya, mata kanan Rifan tak bisa difungsikan lagi.
"Kata dokter jika tidak segera dioperasi, tumor juga akan menyerang mata kirinya," kata ibu tiga anak itu dengan mata terlihat letih.
Syukur, setelah dibawa pulang ke rumah, tanpa diduga banyak warga dan para tokoh di desa setempat datang membantu agar kembali dibawa ke rumah sakit yang bisa menyembuhkan Rifan. Pihak desa setempat juga langsung memberikan jaminan kesehatan (Jamkesda).
Sayangnya, RSUD Kepanjen pun tak bisa berbuat banyak karena peralatan yang minim. "Akhirnya diminta rujuk ke RSSA Malang. Sejak hari ini, Rifan akan mulai dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar," akunya.
Namun, walaupun sudah berada di RSSA Malang, yang merupakan rumah sakit terbesar dengan fasilitas terlengkap di Malang Raya, Rifan masih belum bisa dioperasi. Pasalnya, keluarga Rifan masih belum memiliki dana untuk operasi.
Selain itu, keluh Samsiah, pihaknya juga butuh dana untuk transpor pulang pergi ke desanya guna mengurusi segala administrasi berkas kelengkapan Jamkesda yang dibutuhkan setiap hari untuk pengambilan obat.
"Kebutuhan makan kami sekeluarga, yang sudah lama tak bisa kerja, karena menunggu anak kami ini. Kebutuhan makan di rumah sakit dan kebutuhan lainnya. Namun, yang utama adalah biaya penyembuhan anak saya agar matanya kembali normal kalau bisa disembuhkan. Semoga ada pihak yang bersedia membantu kami untuk biaya operasi nantinya," harap Hamsiah.
0 komentar:
Posting Komentar