KOMPAS.com -
Kira-kira kenapa ya anak usia sekolah sering main di luar rumah hingga
lupa waktu? Dr Weny Savitry Sembiring Psi, MSi dari Fakultas Psikologi
Unika Atma Jaya Jakarta memaparkan lima alasan berikut solusinya.
1. Tidak punya jadwal teratur.
Anak-anak yang tak terbiasa mempunyai jadwal sejak kecil, akhirnya cenderung menggunakan waktunya sembarangan. Kapan saja ia ingin melakukan sesuatu, langsung dilakukannya tanpa mempertimbangkan hal lain. Kalau ia masih ingin bermain, ia akan terus bermain, tidak peduli belum makan siang, belum mandi, belum mengerjakan PR dan sebagainya.
Solusi: Buat jadwal harian. Kalau ternyata belum mampu, ayah-ibunya bisa membantu membuatkan. Pulang sekolah, ganti baju, makan siang, setelah itu istirahat atau tidur sebentar. Kemudian, bangun tidur, mandi, kalau tidak ada les atau kegiatan di sekolah, boleh main 1-2 jam, setelah itu mengerjakan PR atau tugas sekolah. Jadwal yang teratur dan dilakukan terus menerus akan membuat anak terbiasa. Jangan bosan mengingatkan sekiranya ada yang dilanggar.
2. Tidak ada kegiatan yang diminati.
Ketiadaan kegiatan atau hobi yang diminati membuat anak menghabiskan waktunya hanya untuk bermain.
Solusi: Orangtua harus jeli melihat dan mengarahkan bakat atau minat anak. Kalau anak terlihat berminat pada sepakbola atau musik, fasilitasi untuk ikut klub sepakbola atau masuk sekolah musik. Kegiatan yang terorientasi seperti ini lebih bermanfaat, minatnya tersalurkan dengan cara yang tepat.
3. Kurangnya komunikasi yang baik.
Anak-anak yang komunikasinya kurang bagus dengan orangtua memiliki kecenderungan untuk selalu bermain di luar rumah. Orangtua yang selalu menyalahkan anak, mengkritik, melarang, dan sebagainya atau orangtua yang selalu bertengkar, ini akan membuat anak merasa tidak betah, begitu ada kesempatan ke luar, ia akan menggunakannya. Bahayanya, kalau anak merasa lebih bahagia di luar rumah, ia bisa terjerumus pada pergaulan tak sehat bahkan narkoba.
Solusi: Coba lakukan pendekatan pada anak, saat santai ajak bicara mengapa ia selalu ingin bermain di luar rumah. Jadikan obrolan ini sebagai perbincangan santai, jangan menyalahkan atau menyudutkan anak. Kalau sampai tercetus ia tidak betah dengan situasi rumah, jangan langsung marah, segera introspeksi diri, lakukan perbaikan-perbaikan supaya anak kembali merasa betah. Bila perlu libatkan ahli, dalam hal ini psikolog, untuk membantu mencarikan jalan keluar.
4. Karakter anak mendukung.
Beberapa karakter tertentu, seperti, anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, umumnya tidak bisa disuruh diam di rumah, ia menyukai kegiatan di lapangan luas. Jadi kesannya seperti ingin selalu main di luar.
Solusi: Pilihkan kegiatan yang bermanfaat untuk mengatasi kelebihannya itu. Seperti dengan mendaftarkannya di klub olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Jangan sampai karena orangtua tidak menyadari hal ini, yang ada setiap hari justru berantem dengan anak, karena merasa si anak terus saja bermain di luar rumah, tidak mau belajar, dan sebagainya.
5. Tidak ada teman di rumah.
Anak yang selalu sendirian di rumah, tapi tinggal di lingkungan di mana banyak anak sebaya dengannya, cenderung lebih mudah tergoda untuk bermain bersama. Setiap pulang sekolah atau sore hari ia mendengar anak-anak lain ramai bermain di luar rumah, mau tak mau ia pun ikut bermain.
Solusi: Melarang anak ke luar rumah sama sekali jelas bukan pilihan bijak. Sebaiknya berikan aturan atau batasan yang jelas, berapa lama boleh bermain, hari apa saja, kombinasikan dengan solusi lain seperti mengikutkan les atau memasukkan ke klub.
1. Tidak punya jadwal teratur.
Anak-anak yang tak terbiasa mempunyai jadwal sejak kecil, akhirnya cenderung menggunakan waktunya sembarangan. Kapan saja ia ingin melakukan sesuatu, langsung dilakukannya tanpa mempertimbangkan hal lain. Kalau ia masih ingin bermain, ia akan terus bermain, tidak peduli belum makan siang, belum mandi, belum mengerjakan PR dan sebagainya.
Solusi: Buat jadwal harian. Kalau ternyata belum mampu, ayah-ibunya bisa membantu membuatkan. Pulang sekolah, ganti baju, makan siang, setelah itu istirahat atau tidur sebentar. Kemudian, bangun tidur, mandi, kalau tidak ada les atau kegiatan di sekolah, boleh main 1-2 jam, setelah itu mengerjakan PR atau tugas sekolah. Jadwal yang teratur dan dilakukan terus menerus akan membuat anak terbiasa. Jangan bosan mengingatkan sekiranya ada yang dilanggar.
2. Tidak ada kegiatan yang diminati.
Ketiadaan kegiatan atau hobi yang diminati membuat anak menghabiskan waktunya hanya untuk bermain.
Solusi: Orangtua harus jeli melihat dan mengarahkan bakat atau minat anak. Kalau anak terlihat berminat pada sepakbola atau musik, fasilitasi untuk ikut klub sepakbola atau masuk sekolah musik. Kegiatan yang terorientasi seperti ini lebih bermanfaat, minatnya tersalurkan dengan cara yang tepat.
3. Kurangnya komunikasi yang baik.
Anak-anak yang komunikasinya kurang bagus dengan orangtua memiliki kecenderungan untuk selalu bermain di luar rumah. Orangtua yang selalu menyalahkan anak, mengkritik, melarang, dan sebagainya atau orangtua yang selalu bertengkar, ini akan membuat anak merasa tidak betah, begitu ada kesempatan ke luar, ia akan menggunakannya. Bahayanya, kalau anak merasa lebih bahagia di luar rumah, ia bisa terjerumus pada pergaulan tak sehat bahkan narkoba.
Solusi: Coba lakukan pendekatan pada anak, saat santai ajak bicara mengapa ia selalu ingin bermain di luar rumah. Jadikan obrolan ini sebagai perbincangan santai, jangan menyalahkan atau menyudutkan anak. Kalau sampai tercetus ia tidak betah dengan situasi rumah, jangan langsung marah, segera introspeksi diri, lakukan perbaikan-perbaikan supaya anak kembali merasa betah. Bila perlu libatkan ahli, dalam hal ini psikolog, untuk membantu mencarikan jalan keluar.
4. Karakter anak mendukung.
Beberapa karakter tertentu, seperti, anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, umumnya tidak bisa disuruh diam di rumah, ia menyukai kegiatan di lapangan luas. Jadi kesannya seperti ingin selalu main di luar.
Solusi: Pilihkan kegiatan yang bermanfaat untuk mengatasi kelebihannya itu. Seperti dengan mendaftarkannya di klub olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Jangan sampai karena orangtua tidak menyadari hal ini, yang ada setiap hari justru berantem dengan anak, karena merasa si anak terus saja bermain di luar rumah, tidak mau belajar, dan sebagainya.
5. Tidak ada teman di rumah.
Anak yang selalu sendirian di rumah, tapi tinggal di lingkungan di mana banyak anak sebaya dengannya, cenderung lebih mudah tergoda untuk bermain bersama. Setiap pulang sekolah atau sore hari ia mendengar anak-anak lain ramai bermain di luar rumah, mau tak mau ia pun ikut bermain.
Solusi: Melarang anak ke luar rumah sama sekali jelas bukan pilihan bijak. Sebaiknya berikan aturan atau batasan yang jelas, berapa lama boleh bermain, hari apa saja, kombinasikan dengan solusi lain seperti mengikutkan les atau memasukkan ke klub.
0 komentar:
Posting Komentar